Pemberontakan Apra Di Jawa Barat Pada Tahun 1950



Cerita Pemberontakan Apra


Latar Belakang Munculnya Pemberontakan Apra


Latar belakang pemberontakan Apra adalah hasil Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan suatu bentuk negara Federal untuk Indonesia dengan nama RIS (Republik Indonesia Serikat). Suatu bentuk negara ini merupakan suatu proses untuk kembali ke NKRI, karena memang hampir semua masyarakat dan perangkat-perangkat pemerintahan di Indonesai tidak setuju dengan bentuk negara federal.
Namun juga tidak sedikit yang tetap menginginkan Indonesia dengan bentuk negara federal, hal ini menimbulkan banyak pemberontakan-pemberontakan atau kekacauan-kekacauan yang terjadi pada saat itu. Pemberontakan-pemberontakan ini dilakukan oleh golongan-golongan tertentu yang mendapatkan dukungan dari Belanda karena merasa takut apabila Belanda meninggalkan Indonesia maka hak-haknya atas Indonesia akan hilang.

Kemudian bekas dari anggota KNIL yang masih tetap menginginkan menjadi tentara Pasundan telah membentuk APRA. Bahkan mereka juga memberikan ultimatum untuk pemerintah RIS supaya tetap diakui menjadi Tentara pasukan. Mereka juga menolak adanya upaya pembubaran pada negara bagian tersebut.
Akan tetapi ultimatum tersebut ternyata ditolak oleh pemerintah. Sehingga 800 personil bekas KNIL yang bersenjata lengkap telah menyerang serta menduduki kota Bandung tepat tanggal 23 januari 1950.
loading...
Apa Tujuan Apra Melakukan Pemberontakan
Tujuan apra melakukan pemberontakan sebenarnya sangat simpel yaitu mempertahankan bentuk Negara Federal Pasundan di Indonesia serta mempertahankan adanya tentara sendiri pada tiap negara bagian Republik Indonesia Serikat.
Upaya Belanda yang tetap menanamkan pengaruhnya terhadap RIS ialah mendesak supaya Sultan Hamid II dijadikan Menteri Pertahanan RIS. Namun permintaan tersebut ditolak pemerintah RIS. Sehingga jabatan Menteri Pertahanan telah diberikan pada Sultan Hamengku Buwono IX. Dengan kegagalan tersebut akhirnya, telah memicu kemarahan dari kelompok garis keras bangsa Belanda yang notabennya sebagai anti-Republik Indonesia.
 


Pemberontakan yang dijalankan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh mantan Kapten KNIL Raymond Westerling bukanlah pemberontakan yang dilancarkan secara spontan. Pemberontakan ini telah direncanakan sejak beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.
Pada 25 Desember 1949 malam, sekitar pukul 20.00 Westerling menghubungi Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda untuk menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden tentang rencananya untuk melakukan kudeta terhadap Soekarno setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda terhadap Indonesia. Van Vreeden memang sudah mendengar berbagai rumor, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan, tidak terkecuali rumor mengenai pasukan yang dipimpin oleh Westerling. Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949 tersebut memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan seperti apa yang diungkapkan padanya.
Pada tanggal 5 Januari tahun 1950, Westerling mengirim surat pada pemerintah RIS yang isinya yaitu suatu ultimatum. Ia menuntut supaya Pemerintah RIS menghargai negara bagian, terutama Negara Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalam waktu 7 hari dan jika ditolak, maka akan timbul perang besar.

Dampak Langsung Dari Terjadinya Pemberontakan Apra


Pemberontakan yang telah dilakukan oleh gerakan APRA tersebut memang sangat mengganggu stabilitas dan juga proses integrasi rakyat Indonesia. apalagi pergolakan tersebut tidak hanya disebabkan karena adanya perbedaan ideology dan juga pangan. Kepentingan yang tidak sama juga mendorong munculnya konflik dalam masyarakat.


Penumpasan Pemberontakan Apra


loading...
Penumpasan pemberontakan apra di Bandung tidak dijalankan perlawanan yang berarti, kondisi tersebut diakibatkan karena beberapa faktor. Pertama, karena serangan dijalankan dengan sangat tiba-tia, pembalasan tembakan pun tidak dijalankan karena orang-orang APRA bercampur dengan orang KNIL dan KL. Sementara tentang latar belakang aksinya, diduga keras bahwa APRA ingin mendukung berdirinya negara Pasundan, agar negara tersebut dapat berdiri tanpa gangguan TNI dan menggunakan APRA sebagai angkatan perangnya.
Secara umum, pasukan Divisi Siliwangi TNI tidak siap karena baru saja memasuki Kota Bandung setelah perjanjian KMB dengan Belanda. Panglima Siliwangi Kolonel Sadikin dan Gubernur Jawa Barat Sewaka  pada saat kejadian sedang mengadakan peninjauan ke Kota Subang. Sementara di Jakarta pada pukul 11.00 bertempat di kantor Perdana Mentri RIS diadakan perundingan antara Perdana Mentri RIS dan Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia. Terungkap terdapatnya keterlibatan tentara Belanda (diperkirakan sekitar 300 tentara Belanda berada di antara pasukan APRA) dalam peristiwa di Bandung tersebut, maka diputuskan tindakan bersama.
Penumpasan gerakan apra westerling akhirnya berhasil digagalkan dan kemudian diketahui bahwa otaknya adalah Sultan Hamid II, yang juga menjadi anggota Kabinet RIS sebagai Menteri tanpa portofolio. Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sementara Westerling sempat melarikan diri ke luar negeri pada 22 Februari 1950 dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda. Dengan kaburnya Wasterling, maka gerakannya pun jadi bubar.
Download dalam bentuk PDF
PDF 1               PDF 2
Cerita pemberontakan APRA PDF 1 berbeda dengan PDF 2. Tapi kedua tetap dalam bentuk PDF dan dapat di download lengkap.